Penghijauan dalam Kehidupan Sehari-hari:Bukan Sekadar Tanam Pohon, Tapi Gaya Hidup

Ketika mendengar kata penghijauan, yang langsung terlintas di benak kita biasanya adalah aktivitas menanam pohon di pinggir jalan, taman kota, atau di lingkungan sekolah saat program bakti sosial. Padahal sejatinya, konsep penghijauan bukan sebatas agenda seremonial tahunan atau proyek pemerintah. Penghijauan adalah pola pikir, cara hidup, dan tanggung jawab moral setiap individu terhadap lingkungan dan kehidupan manusia secara kolektif.
Di tengah situasi dunia yang kian panas, polusi udara merajalela, dan ruang terbuka hijau terus berkurang, konsep penghijauan seharusnya masuk ke ruang-ruang domestik kita: ke rumah, ke sekolah, ke kantor, ke pasar, bahkan ke cara kita menggunakan plastik, air, dan listrik.
Penghijauan sebagai Kesadaran Diri
Penghijauan harus dimulai dari kesadaran personal. Ketika seseorang memahami bahwa kualitas hidupnya bergantung pada kelestarian lingkungan, maka upaya menjaga lingkungan tidak lagi dianggap sebagai kewajiban berat, melainkan kebutuhan pribadi.
Misalnya, menanam tanaman di pekarangan rumah atau sekadar menempatkan pot-pot kecil di balkon sudah menjadi bagian dari penghijauan mikro. Hal sederhana ini tidak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga menyumbang oksigen, menyerap karbon dioksida, dan menenangkan suasana hati.
Kita bisa memulai dari:
Mengurangi penggunaan kantong plastik saat belanja.
Memilah sampah organik dan anorganik di rumah.
Memanfaatkan limbah dapur untuk kompos.
Memanfaatkan air cucian beras untuk menyiram tanaman.
Menanam tanaman obat keluarga seperti jahe, kunyit, dan sirih.
Tindakan-tindakan kecil ini, jika dilakukan oleh banyak orang, akan menjadi gerakan besar yang berdampak positif bagi lingkungan.
Penghijauan Bukan Hanya di Alam, Tapi Juga di Kebiasaan
Penghijauan juga bisa dimaknai sebagai upaya membersihkan kebiasaan hidup dari hal-hal yang merusak lingkungan. Misalnya, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi dan mulai beralih ke sepeda atau berjalan kaki untuk jarak dekat. Selain menyehatkan tubuh, hal ini juga menurunkan emisi karbon di udara.
Begitu pula dengan bijak dalam penggunaan listrik dan air. Mematikan lampu yang tidak perlu, menggunakan alat elektronik hemat energi, hingga memilih produk ramah lingkungan adalah bentuk lain dari penghijauan dalam kehidupan sehari-hari.
Di era digital saat ini, kita juga perlu melakukan “penghijauan digital”: mengurangi jejak karbon digital dengan menyederhanakan kebiasaan online, seperti tidak terlalu sering mengunggah file besar ke cloud, mematikan notifikasi aplikasi tak penting, dan bijak dalam penggunaan gawai.
Peran Keluarga dalam Budaya Penghijauan
Keluarga merupakan sekolah pertama yang bisa membangun budaya penghijauan sejak dini. Orang tua harus menjadi teladan dalam mengajarkan anak-anak untuk mencintai tanaman, membuang sampah pada tempatnya, serta hemat energi dan air.
Ajak anak-anak menanam pohon saat akhir pekan, membuat kebun kecil di halaman rumah, atau memelihara tanaman hias di dalam rumah. Kegiatan ini tidak hanya menumbuhkan rasa cinta terhadap alam, tapi juga mendidik anak tentang tanggung jawab ekologis.
Menghijaukan Hati, Menghijaukan Perilaku
Lebih jauh, penghijauan juga bisa diartikan sebagai upaya menyuburkan nilai-nilai kebaikan dalam diri. Seperti halnya bumi yang tandus bisa menjadi subur kembali jika ditanami pepohonan, hati manusia yang mulai gersang karena kesibukan, egoisme, dan ketamakan bisa dihijaukan dengan nilai kasih sayang terhadap sesama dan kepedulian terhadap lingkungan.
Sebab kerusakan lingkungan selama ini bukan semata karena faktor teknologi, tetapi lebih karena kerakusan manusia yang tidak mampu mengendalikan nafsu akan materi. Jika hati manusia dipenuhi dengan cinta terhadap alam, maka tindakan-tindakan yang merusak lingkungan secara otomatis akan berkurang.
Penghijauan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah tugas berat atau sesuatu yang memerlukan modal besar. Dimulai dari diri sendiri, rumah sendiri, lingkungan sekitar, dan kebiasaan kecil yang rutin dilakukan setiap hari.
Jika setiap warga negara mampu menerapkan budaya penghijauan dalam pola hidupnya, niscaya bumi ini akan tetap hijau, udara akan tetap bersih, dan kehidupan akan tetap lestari untuk generasi mendatang.
Jangan tunggu bencana ekologis datang untuk mulai peduli. Mulailah dari sekarang, mulai dari hal kecil, mulai dari diri sendiri. Sebab sejatinya, masa depan bumi bukan ditentukan oleh pemerintah atau lembaga besar semata, tapi oleh tangan-tangan kecil kita yang mau merawatnya.

Penulis

Azhari Ketua ABMA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *